Rabu, 30 Desember 2009


PENYAKIT MASYARAKAT NARKOBA DAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

Oleh
Sabinus Satrio Jajong

Kemajuan zaman sangatlah pesat disemua sektor kehidupan dan ini akan mengalami kemajuan dan tiada hentinya penemuan dan inovasi kehidupan akan bertambah maju. Dan ini menjadikan manusia serba bisa melakukan apa saja yang dikehendaki baik secara hati nurani maupun tidak sehingga kehidupan akan terasa bebas tanpa adanya factor pertimbangan moral yang biasa dipakai. Semakin kita lengah maka akan semakin ketinggalan dan apabila kita tidak bisa memfilter semua aktifitas baik yang positif maupun yang negatif alamat akan menjadi korban dari kemajuan tersebut, apabila kita tidak bisa mengimbangi kehidupan yang modern ini secara berkeseimbangan maka alamat kita akan hancur, mungkin ketertinggalan baik dari segi perekonomian, pendidikan dan sosial budaya lainnya
Oleh karena, terlalu bebas sehingga orang tidak mau memakai prinsip dan menempuh jalur pendidikan secara formal dan informal sehingga akhlak dan moral dari masyarakat jatuh dan bobrok ke hal yang negative sebagai pelarian dan kesenangan yang membawa sengsara seperti pemakaian psikotropika, psk dan lain lain.
Dan penyakit ini sudah membudaya dikalangan masyarakt yang tipis imannya alhasilnya kematianlah yang menjemputnya baru perbuatan tersebut hilang dan musnah dan penyakitnya adalah penyakit yang paling menakutkan penyakit ini umumnya dikalangan anak muda. Yang banyak sekali terjakit yaitu dari kalangan remaja,

A. Sebab Akibat penyakit masyarakat
Pada zaman yang modern ini yang banyak pengaruh dari luar, budaya dan teknologi yang datang dari luar serta tradisi yang serba instant sehingga tidak dapat dikonter dan difilter oleh masyarakat terhadap perubahan kebudayaan yang ada.
Kita sebagai orang timur banyak yang terhanyut oleh tradisi dan kebudayaan yang tidak sesuai dengan alam, norma-norma yang ada. Macam-macam penyakit masyarakat adalah sebagai berikut
1. Pekerja Seks Komersial
2. Penggunaan Psikotropika
3. Perampok
4. Pembunuhan

Disini kita akan membahas masalah Pekerja Sek Komersial ( PSK ) dengan Penggunaan Psikotropika ( Pecandu Narkoba ). Adapun macam-macam factor penyebab terjadinya penyakit masyarakat adalah sebagai berikut :
 Faktor Agama

Faktor agama ini sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi seseorang semakin jauh kehidupan seseorang dari agama maka kehidupannya semakin tidak terarah dan akan mudah rusak untuk kehidupan yang akan datang. Dan apabila agama ini tidak diterapkan dalam pribadi seseorang akibatnya akan sangat fatal untuk kehidupan seorang inilah factor utama penyebab penyakit masyarakat yaitu Pekerja Sek Komersial dan Pecandu Narkoba, semakin jauh seseorang dari tuhan maka akan semakin jauh pula cinta dan kasihNya yang biasanya melindungi kita.

 Faktor Pendidikan

Macam-macam pendidikan yaitu
a. Pendidikan Formal
b. Pendikan Informal
c. Pendidikan Nonformal

Dengan adanya pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang baik untuk dikerjakan dan mana yang buruk dan akan menimbulkan dampak yang negative, maka pendidikan sangat berperan mulai dari usia dini sehingga kecil kemungkingan kejahatan akan merusak pribadi seseorang tersebut. Tanpa pendidikan maka akan mudah jiwa anak yang tidak mempunyai IMTAQ dan IPTEK tergoda akan kehidupan yang tidak baik dan negative seperti PSK dan Pencandu Narkoba ini karena apa karena tidak bisa membedakan mana yang harus dijadikan prinsip hidup.

 Faktor Ekonomi
Peran orang tua sangat penting dalam mengasuh dan mendidik seorang anak sampai dewasa, orang tua mencukupi kebutuhan anaknya maka anak tersebut akan mempergunakan hidupnya dengan benar dan sesuai jalur, dan apabila orang tua terlalu memanjakan anaknya dengan kehidupan yang serba tercukupi tanpa adanya pengawasan inilah yang dapat menyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba, akan tetapi bagi seorang perempuan apabila kehidupan tidak tercukupi dan tidak mempunyai pegangan hidup ditambah dengan rapuhnya prinsip hidup beragama maka akan berakibat perempuan tersebut langsung kepelarian yang sesat yaitu kebanyakan jadi PSK

 Faktor Sosial dan Budaya
Banyak ragam budaya yang masuk kedalam pribadi seseorang akan tetapi tidak difilter dan dikonsumsi dengan benar, baik cara berpakaian dan budaya lain, factor budaya berpakaian disini menjadi factor penyebab terjadi tindakan criminal seperti Pemerkosaan akibat dari cara berpakaian yang tidak sesuai dengan budaya orang timur dan akhirnya korban pemerkosaan inilah menjadi PSK.




Faktor lain penyebab terjadi penyakit masyarakat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kemajuan IPTEK dan Peradaban
2. Hasrat ingin memperbaiki hidup lebih baik dari hari kemarin
3. Keterbatasan Sumber Daya Alam
4. Pertambahan Jumlah Penduduk yang tidak normal.

Factor ini merupakan penyebab terjadinya

1. Tingkat Pengangguran
2. Tingkat Kemiskinan
3. Tingkat Tindakan Kriminal

B. Apa itu Narkoba dan PSK
Narkoba adalah singkatan dari NARkotika, PsiKOtropika dan BAhan Adiktif lainnya.

 Narkotika

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintensis maupun semi sintensis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan ( candu ).

 Psikotropika

Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku seseorang.
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian ataupun secara sintensis yang mengandung karbohidrat dengan dara permentasi dan destilasi maupun yang diproses dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.

Sedangkan PSK
Adalah sekumpulan perempuan penghibur yang menghidup pribadinya dengan menjajakan tumbuhnya dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya sehingga dapat hidup wajar sebagai manusia.

Penyakit yang bisa ditimbulkan PSK adalah sebagai berikut :
1. Penyakit Raja Singa ( Spilis )
2. Penyakit HIV ( Aids )
3. Penyakit menular lainnya.




C. Pandangan Agama dan Masyarakat

1. Pandangan Agama terhadap penyakit masyarakat
2. Pecandu narkoba agama melarang seseorang untuk mempergunakan dan mengkonsumsi yang ditegaskan didalam kitab suci dan hadist nabi dilarang mengkonsumsi hal-hal yang memabukan
3. Pekerja Sek Komersial agama sangat dan sangat melarang perbuatan yang akan ditimbulnya yaitu Zina tuhan melarang kita untuk mendekatkan tempat zina apalagi melakukannya.
4. Pandangan Masyarakat
5. Pecandu narkoba dianggap masyarakat sebagai sampah dan dianggap orang yang tak waras karena pas dalam pengaruh narkoba maka sipemakai akan berceloteh yang buruk.
6. Pekerja Sek Komersial masyarakat menganggap perempuan yang hina dan sampah masyarakat.


D. Perbandingan penyakit masyarakat ( Pemakai Narkoba dengan PSK )

Pemakai Narkoba biasanya tumbuh dengan dipengaruhi oleh lingkungan dan Gaya Hidup yang ingin selalu ceria tidak pernah mau susah, dan ini menjadi permasalahan Dunia Internasional yang telah dikoordinirkan untuk pemberantasan tindakan kejahatan dari peredaran narkoba serta negara sudah melakukan kerjasama secara bilateral dan multilateral untuk pemberantasannya dari pemakai yang diluar kaidah, dan juga untuk mendapatkan narkoba tersebut sang pemakai akan mencarikan jalan dengan cara apapun untuk membeli barang tersebut sehingga tindakan criminal lebih meningkat dan ini mengganggu ketentraman masyarakat pada khususnya dan Negara pada umumnya, dapat mengakibatkan generasi bangsa yang idiot karena IQ sudah dipengaruhi oleh obat tersebut sehinggapemakai narkoba biasa akan terkena penyakit :
1. Candu
2. Over Dosis
3. Kanker Paru-paru
4. dll

Sedangkan Pekerja Sek Komersial ( PSK ) akan mengganggu generasi muda secara turun temurun, dan akan mengakibatkan pelakunya sendiri akan dikucilkan dari masyarakat baik hak dan kewajibannya tidak akan diakui ditengah masyarakat yang bernorma, dan dapat juga pelakunya terkena penyakit yang menular dan tidak ada obatnya didunia kecuali cara pencegahannya. Tindakan hukum disini tidak dikenakan tapi hukum agama dikenakan dan dihari pembalasan akan menerimanya. Biasanya untuk mengentaskannya diadakanlah razia-razia oleh tim terpadu pemerintah setempat.





E. Cara untuk mengentaskan penyakit masyarakat ( Narkoba dan PSK )
Narkoba dapat dicegah ( Preventif ) dengan cara :
1. Cara Agama
Disinalah peran orang tua menanamkan prinsip keagamaan untuk tidak mempergunakan hidupnya untuk melakukan perbuatan yang negative dan menamakan prinsip hidup yang beriman dan bertaqwa.

2. Cara Pendidikan
Peran Sekolah, Guru baik pendidikan formal maupun nonformal dengan menanamkan jiwa dan pengetahuan yang bermamfaat sehingga hidup dapat terarah kehal yang positif dan menguntungkan. Dan apabila pecandu narkoba sudah parah dapat dibawa kerumah sakit penyembuhan kecanduan narkoba, serta tempat konsultan narkoba,stress dan traumatis

PSK dapat dicegah sedini mungkin dengan menanamkan prinsip agama yang berorientasi bahagia dunia dan akhirat dan tentu pula harus didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa serta ketrampilan yang didapat dari pendidikan sehingga dapat dipakai didunia yang semakin maju, dengan tercapainya pekerjaannya sehingga pemenuhan kebutuhannya dapat terpenuhi, dengan tercukupi kebutuhan tentu orang tersebut akan hidup yang wajar sesuai dengan alur dan norma yang ada.


KULTUR PAKAN ALAMI





Disusun oleh : SATRIO DJAJONG
Bidang peminatan : PERIKANAN
Nim : 0811779

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
PENDIDIKAN S1 AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009






DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………….. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………….. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian tubifex sp ………………………………………….. 2
2.2 Ciri Biologi tubifex sp …………………………………………. 2
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat …………………………………………. 4
3.2 Alat dan bahan …………………………………………. 4
3.3 Langkah Kerja …………………………………………. 4
3.4 Analisa data …………………………………………. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil …………………………………………. 6
4.2 Pembahasan …………………………………………. 6
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………. 9
5.2 Saran …………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu kendala dari usaha budidaya ikan adalah ketersediaan pakan. Semakin berkembangnya usaha budidaya maka jumlah pakan yang dibutuhkan akan semakin banyak. Biaya pakan adalah biaya terbesar yang dikeluarkan dari total biaya produksi suatu usaha budidaya ikan. Salah satu bentuk pakan yang diberikan adalah pakan alami. Salah satu makanan alami yang disukai ikan terutama ikan hias adalah Tubifer sp.
Tubifex sp sering disebut sebagai cacing rambut karena bentuk dan ukurannya seperti rambut dengan warna tubuh kemerah-merahan (Anonimous, 2003). Substrat tempat hidup Tubifex sp adalah endapan organik dan makanannya didapat dari bahan yang kaya bakteri dan terjadi pengkayaan bahan organik dengan konsentrasi oksigen hampir nol (Hellawel, 1986).
Saat ini budidaya Tubifex sp untuk makanan alami masih belum banyak dilakukan. Umumnya masyarakat mendapatkan Tubifex sp dengan cara mengambil langsung dari sungai yang mengandung buangan organik tinggi terutama sungai yang menjadi daerah buangan limbah pabrik. Penggunaan Tubifex sp dalam budidaya akan menunjang perbaikan warna yang merupakan hal terpenting di dalam budidaya ikan hias.
Jika ditinjau dari segi ekonomi pemberian tubifex sp sebagai pakan ikan terutama ikan hias turut mengurangi biaya produksi. Selain biaya pengkulturannya yang relative murah dan sederhana juga dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Memberikan informasi tentang budidaya tubifex sp secara teorotis
Menginformasikan teknik budidaya tubifex sp yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan larva
Memantau pertumbuhan tubifex sp
Sebagai bekal mahasiwa untuk menjadi seorang aquakulturis dan berwirausaha



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian tubifex sp
Tubifex sp sering disebut sebagai cacing rambut karena bentuk dan ukurannya seperti rambut dengan warna tubuh kemerah-merahan (Anonimous, 2003). Substrat tempat hidup Tubifex sp adalah endapan
organik dan makanannya didapat dari bahan yang kaya bakteri dan terjadi pengkayaan bahan organik dengan konsentrasi oksigen hampir nol (Hellawel, 1986).
Tubifex sp tumbuh dengan media campuran kotoran ayam dan lumpur kolam. Kotoran ayam adlah limbah yang mudah diperoleh dan apabila tidak ditangani dengan baik maka dari segi sanitasi akan mempengaruhi kesehatan ternak dan produksinya. Kotoran ayam juga mengandung partikel organik dan bakteri yang menjadi makanan bagi Tubifex sp (Brinkhurst dan Cook, 1974).
2.2 Ciri Biologi Tubifex sp
Cacing rambut diklasifikan sebagai berikut:
Phylum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo/bangsa : Haplotaxida
Famili/suku : Tubificidae
Genus/marga : Tubifex
Spesies/jenis : Tubifex sp
Ciri-ciri cacing rambut:
Panjang tubuh 10-20 mm, yang terdiri dari 30-60 segmen
Warna tubuh merah kecoklatan
Mempunyai dinding tubuh yang cukup tebal terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya
Setiap segmen pada bagian punggung dan perut keluar seta dan ujung seta bercabang dua tanpa rambut


Reproduksi dan pertumbuhan
Perkembangbiakan terjadi dengan cara pemutusan ruas dan pembuahan sendiri (hermaphrodite)
Telur cacing rambut terdapat didalam kokon yaitu suatu bangunan yang berbentuk bulat panjang 1 mm dan diameter 0,7 mm
Kokon dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya yang disebut klitellum
Telur didalam kokon akan berkembang menjadi morula kemudian embrio yang bersegmen 3 sampai beberapa segmen
Setelah 10-12 hari embrio akan meninggalkan kokon
Induk cacing rambut menghasilkan kokon setelah berumur 40-45 hari
Habitat
Hidup didasar yang berlumpur dengan kepala yang menghadap ke dalam substrat untuk menghisap makanan
Menyukai daerah yang beraliran air dan tercemar bahan organic, semakin banyak bahan organic didalam perairan maka akan semakin meningkat populasinya
Kedalaman substrat berkisar antara 2-12 cm, 4 cm sebanyak 42 %, 4-8 cm sebanyak 32 %, 8-12 cm sebanyak 18 %. Pada kedalaman 2 cm dijumpai tubifex berukuran juvenile sedangkan ukuran dewasa dijumpai pada kedalaman 4 cm
Hidup pada perairan yang mengandung pasir 41,4 %, tanah halus 46 %, dan lempung 11,3 %
Pertumbuhan yang optimal diperoleh pada media yang banyak mengandung bahan organic yaitu campuran kotoran ayam 50 % dan Lumpur kolam 50 % dengan debit air 930 ml/menit
Makanan
Detritus
Partikel-partikel kecil hasil perombakan bakteri
Ganggang berfilamen dan diatom
Kualitas air
Suhu : 25 – 30 ºC
pH : 7 – 9
oksigen terlarut : 2,5 – 7 ppm

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat
Penelitian ini dimulai dari tanggal 30 oktober 2007 sampai dengan 19 desember, di departemen perikanan Vedca Cianjur.
3.2 Alat dan bahan
Alat:
Bak kayu
Plastic
Selang
Cawan Petri
Jarum pentul
Mangkuk
Bahan:
Bibit tubifex
Pupuk kandang
3.3 Langkah kerja
a. Buatlah bak atau wadah tubifex dari kayu yang dilapisi plastic yang berbentuk persegi panjang
b. Isilah bak tersebut dengan Lumpur + kotoran ayam + air dengan perbandingan 4: 4 : 2 dari tinggi bak 10 cm
c. Hitunglah kualitas airnya meliputi suhu, pH, dan debit air minimal seminggu sekali
d. Tebarlah bibit tubifex ke dalam media setelah media dibuat kurang lebih seminggu
e. Pantau perkembangan tubifex setiap hari
f. Hitunglah kualitas airnya serta atur debit airnya supaya arusnya tidak terlalu cepat
g. Lakukanlah pemupukan susulan 2 minggu setelah bibit ditebar


3.4 Analisa Data

Luas Wadah :
• panjang X lebar
• 36 X 22
• 792 cm2
• 0,0792 m2
Media kultur ( tinggi wadah 10 cm)
• 4 : 4 : 2
• Lumpur : kotoran ayam : air
Tebar bibit:
• Luas wadah X dosis
• 0,08 X 2 gr
• 0,16 gr
• Bibit yang ditebar sebanyak 39 ekor
Pengambilan sample pertumbuhan:

Contoh: setiap 10 hari sekali sample diambil dari 5 titik menghasilkan data = 2:1,5:1,5:1:1, jadi rata-rata pertumbuhannya adalah?
Jumlah rata-rata= jumlah seluruh data/banyaknya data
= 7/5
= 1,4 cm













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

TANGGAL KEGIATAN SUHU pH DEBIT AIR
30 oktober 2007 Pembuatan bak/wadah tubifek ─ ─ ─
1 november 2007 Pengisian bak dengan Lumpur + pupuk kandang + air dengan perbandingan 4:4:2 dari tinggi bak ─ ─ ─
5 november 2007 Menghitung debit air ─ ─ 850 ml/menit
6 november 2007 Penebaran bibit tubifex sp sebanyak 39 ekor atau 0,16 gr. ─ ─ ─
13 november 2007 Menghitung kualitas air 31ºc 8 1025 ml/menit
20 november 2007 Pemupukan susulan sebanyak 9% atau satu gelas aqua dan menghitung kualitas air 30ºc 8 728 ml/menit
27 november 2007 Pemupukan susulan sebanyak 9 % 30ºc 8 728 ml/menit
19 desember 2007 Panen tubifex dab hasilnya 5,06 gr atau 2377 ekor
30ºc 8 728 ml/menit







Grafik pertumbuhan tubifex selama 4 minggu

4.2 Pembahasan
Kecepatan arus atau aliran pada tempat hidup merupakan salah satu faktor yang mengontrol kehidupan organisme sungai selain tanaman air dan oksigen terlarut. Kecepatan arus secara langsung maupun tidak langsung sangat penting pada perairan mengalir karena kecepatan arus akan menentukan macam dan jumlah endapan atau tipe dasar sungai (Mulyanto, 1992).
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa aliran air yang tidak mematikan dan merusak substrat adalah aliran air dengan kecepatan antara 300 ml/menit sampai dengan 600 ml/menit. Hal ini dapat diketahui karena dengan kecepatan aliran air tersebut, substrat sebagai media tempat hidup dari Tubifex sp yang tidak mengalami kerusakan. Selain itu pada kecepatan aliran air tersebut jumlah populasi Tubifex sp yang terhitung adalah paling maksimal.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat kita bandingkan dengan penelitian yang saya lakukan yang mengalami penurunan populasi tubifex serta terjadinya kerusakan media sehingga populasinya tidak maksimal. Hal ini dapat dianalisa karena debit air media tubifex yang kita budidayakan mencapai 1025 ml/menit sehingga melebihi batas normal.
Pengamatan pertumbuhan yang dialkukan selama penelitian adalah dengan melakukan perhitungan petambahan panjang individu yang dilakukan 10 hari sekali dalam populasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Effendi (1997) dimana pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan yang diukur pada populasi termasuk Tubifex sp diekspresikan dalam pertambahan jumlah individu.
Arus air yang optimum juga mempengaruhi pertumbuhan tubifex sp karena arus air sebesar itu cukup untuk memberi pasokan oksigen yang besar bagi kehidupan Tubifex sp tanpa merusak substrat dasarnya. Menurut Susanto (1988) aliran air ini berguna selain untuk menambah oksigen, menjaga kesejukan juga untuk membuang sisa-sisa kotoran yang Ditambahkan oleh Mulyanto (1992) bahwa dengan tingkatan aliran tertentu diperlukan untuk memelihara substrat breeding organisme sungai sehingga cocok untuk melakukan reproduksi.
Tubifex sp hidup baik pada kombinasi substrat kotoran ayam dengan lumpur kolam karena kotoran ayam mengandung bahan organik tinggi yang dipergunakan sebagai makanan sedangkan media lumpur dalam substrat diperlukan untuk melekat. Komposisi media pada penelitian yang saya lakukan memiliki hasil yang sama dengan yang dilakukan oleh Chumaidi (1984) pada campuran 50% kotoran ayam dan 50% lumpur kolam memberikan pertumbuhan yang baik bagi cacing ini. Hasil yang baik tersebut dikarenakan kotoran ayam mengandung sisa-sisa makanan yang tidak dicerna, sekresi-sekresi perencanaan, bakteri, garam anorganik dan hasil dekomposisi (Fantenot, 1979) dengan demikian diperlukan oksigen terlarut yang mencukup agar kandungan amoniak tidak terlalu tinggi sehingga tidak sampai menghambat pertumbuhan populasi Tubifex sp.
Kecepatan debit air juga menentukan kadar oksigen terlarut. Pada suatu budiadaya, konsentrasi oksigen terlarut perlu dijaga agar tetap tinggi karena sangat penting bagi keberhasilan hidup suatu organisme (Alabaster, 1984) selain itu kadar oksigen terlarut apabila lebih dari 2 mg/ml dapat menghambat nafsu makan dan reproduksi pada Tubifex sp (McCall dan Fisher, dalam Mariam dan Pandian, 1984). Berdasarkan penelitian para aquakuluturis debit air yang lebih dari 525 ml/menit dapat meningkatkan suplai oksigen terlarut. Sehingga dengan debit air tubifex yang saya budidayakan yang mencapai 1025 ml/menit dapat meningkatkan suplai oksigen tetapi dapat merusak media tubifex.
Selama percobaan saya melakukan pemupukan susulan untuk mencegah terjadinya pengurangan bahan-bahan organic yang menjadi supali makanan bagi tubifex zp.






BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang nyata antar arus air yang berbeda dengan pertumbuhan populasi Tubifex sp. Kecepatan aliran air kurang dari 900 ml/ menit merupakan arus yang baik untuk mendapatkan populasi Tubifex sp secara maksimal.Debit air yang mencapai 1025 dapat menyebabkan penurunan populasi tubifex serta terjadinya kerusakan media sehingga populasinya tidak maksimal. Kecepatan debit air juga menentukan kadar oksigen terlarut. Pada suatu budidaya, konsentrasi oksigen terlarut perlu dijaga agar tetap tinggi karena sangat penting bagi keberhasilan hidup suatu organisme (Alabaster, 1984) selain itu kadar oksigen terlarut apabila lebih dari 2 mg/ml dapat menghambat nafsu makan dan reproduksi pada Tubifex sp (McCall dan Fisher, dalam Mariam dan Pandian, 1984).
5.Saran
1. Untuk mencapai populasi maksimal maka pengontrolan debit air harus dilakukan setiap hari
2. Mengontrol dan menjaga kualitas air supaya seimbang
3. Melakukan pemupukan susulan sebagai penyediaan nutrisi tubifex sp












DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2003. A sludge Worm Tubifex, tubifex. http://www.marlin.oc.uk/
Brinkhurst, R.O. dan Cook, A.G., 1974. Aquatic Earthworm (Anelida = Oligochaeta)
Effendi, I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
Chumaidi, 1984. Penelitian Teknik Kultur Tubifex.
Fantenot. 1979. Alternative in Animal Wastes Utililization Introductory Comment.
Mulyanto, 1992. Manajemen Perairan, Universitas Brawijaya, Malang.

Selasa, 29 Desember 2009

panca usaha tani


PANCA USAHA TANI

Panca usaha tani terdir dari:

1. penggunaan bibit unggul

Benih unggul merupakan benih yang telah di pilih dan dipilah agar menghasilkan kwalitas yang baik dan tahan hama penyakit dan gangguan lainnya. Penggunaan bibit unggul merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi.

2. Pengolahan tanah yang baik
Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap. Selain harus mengandung zat organik dan anorganik, air dan udara, yang tidak kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Tanah yang gembur akibat pengolahan memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan air dan udara. Kondisi ini juga menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses dekomposisi mineral dan zat organik tanah.
3. Pemupukan yang tepat
Pemupukan bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi, pencucian, fiksasi, dan sebagainya.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan daya saing usaha tani produk pertanian serta sejalan dengan berbagai isu lingkungan dan pertanian berkelanjutan yang berbasis sumberdaya, makin mendorong perlunya rekomendasi teknologi spesifik lokasi, terutama pupuk.

4. Pengendalian hama/penyakit

Pengendalian hama dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mekanis, pengaturan sanitasi lingkungan atau ekologi, dan kimiawi.

Pengendallian hama secara mekanis dilakukan dengan cara menangkap langsung hama yang ada. Pengendalian mekanis dilakukan bila populasi hama sedikit. Bila populasinya banyak, sebaiknya digunakan cara lain karena tidak efesien dalam hal waktu maupun tenaga kerja

Pengendalian lainnya adalah dengan pengaturan sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik dan terjaga mengurangi kemungkinan hama yang menyerang.
Pengendalian secara kimiawi pun dapat dijadikan pilihan bila cara lain tidak mungkin dilakukan atau tidak dapat mengatasi hama. Artinya, bisa sudah dilakukan cara mekanis atau sanitasi lingkungan tetap saja hama menyerang tanaman maka cara kimia pun digunakan. Di pasaran sudah banyak dijual berbagai merek dan jenis pestisida untuk mengatasi hama anggrek. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pestisida adalah dosis dan cara pemakaiannya. Bila dosis dan cara pemakainan salah, akan terjadi kerusakan pada komoditas pertanian maupun gangguan kesehatan manusia. Penggunaan pestisida relatif lebih praktis dan cepat cara kerjanya. Namun demikian, biaya yang diperlukan lebih besar dibandingkan cara mekanis maupun sanitasi lingkungan


5. Pengairan atau irigasi

irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Rismunandar (1993) menjelaskan bahwa yang disebut irigasi merupakan usaha pengendalian, penyaluran dan pembagian air yang benar–benar diatur oleh manusia dan air benar–benar tunduk kepada manusia.

Manfaat irigasi air tanah sebagai sumber air pertanian bagi petani pemakai air tanah, bagaimana mekanisme dan kontribusi pembayaran irigasi airtanah oleh petani pemakai airtanah.


SPOTENSI PERIKANAN

1. Potensi perikanan di dunia

. Peringatan hari perikanan dunia kali ini (21/11) ditandai dengan gejala krisis ikan nasional yang cukup memprihatinkan. Lemahnya kapasitas keamanan laut dan kemampuan diplomasi Indonesia dalam memberantas kejahatan perikanan diperairan Indonesia, serta kebijakan ekonomi perikanan yang masih berorientasi pada kepentingan ekspor telah melenyapkan lebih dari 40% dari total potensi perikanan nasional. Jika tidak segera dilakukan koreksi terhadap arah kebijakan perikanan nasional, maka tahun 2015 sektor perikanan Indonesia akan mengalami keruntuhan.
Peringatan ini disampaikan oleh M.Riza Damanik, Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) dalam rangkain kampanye Southeast Asia Fish for Justice (SEAFish) pada peringatan Hari Perikanan Dunia. Meski dalam kurun waktu 15 tahun terakhir kapal-kapal asing dari 10 negara terbukti aktif melakukan kejahatan perikanan diperairan Indonesia, namun lembaga-lembaga regional maupun internasional, seperti ASEAN dan PBB belum cukup memainkan peran strategisnya untuk memberikan sanksi kepada Negara-negara bersangkutan untuk turut pro-aktif dalam menertibkan armada-armada perikanannya.
Dengan situasi demikian, Indonesia tidak saja dirugikan secara ekonomi, tapi juga dalam konteks pemenuhan kebutuhan pangan (ikan) domestik. Hal ini semakin diperparah dengan model politik ekonomi perikanan nasional yang berbasis pada peruntukan ekspor. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kesepakatan perikanan yang dibuat oleh Negara, diantaranya IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership). Sejak diberlakukan 1 Juli 2008 lalu, secara resmi tarif untuk bea masuk 51 jenis ikan telah dihapuskan (0%), antara lain produk ikan hias, barrakuda, udang baik segar maupun olahan termasuk lobster, udang dan mutiara. Kerjasama ini, hanya menggairahkan bagi kegiatan perikanan skala industri.
Sebab industri membeli hasil tangkapan berdasarkan harga lokal, namun kemudian menjualnya berdasarkan pasar internasional dengan tarif 0%. Surplus itu tidak memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat nelayan, tapi justeru menyebabkan sejumlah komiditas ikan konsumsi lokal semakin sulit ditemui dipasaran tradisional. Riza menambahkan momentum peringatan Hari Perikanan Dunia kali sepatutnya digunakan oleh pemerintah Indonesia, untuk melakukan reorientasi kegiatan perikanan, dengan fokus pada 3 hal: memprioritaskan kebutuhan konsumsi nasional; jaminan perlindungan terhadap wilayah tangkap nelayan tradisional; serta melakukan revisi terhadap sejumlah kebijakan perikanan dan kelautan yang tidak sejalan dengan prinsip- prinsip keberlajutan lingkungan dan sosial, satu diantaranya UU No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.







2. Potensi Perikanan di Indonesia
Pengembangan perikanan air tawar terdiri dari intensifikasi dan ekstensifikasi kolam air tenang, kolam air deras, jarring apung, keramba di sungai, dan intensifikasi mina padi.Pengembangan perikanan tangkap dan budidaya di pantai termasuk di dalamnya intensifikasi perikanan tangkap dan pengembangan budidaya air payau.
Prospek Pengembangan Perikanan di Indonesia
1. Perikanan tangkap
Beberapa daerah pantai ini seharusnya dipertimbangkan sebagai objek wisata karena mempunyai pemandangan yang cukup indah. Keterbelakangan beberapa desa pantai umumnya disebabkan oleh kurangnya investasi, sumberdaya manusia yang rendah, manajemen usaha dan beberapa aspek teknis lainnya. Pada tahun 2006 produksi baru mencapai 21.808,2 ton dengan jumlah nelayan sebanyak 12.10 orang. Hal ini menunjukkan masih cukup besar potensi untuk pengembangan produksi karena angka ini jauh di bawah angka potensi lestari perikanan selat malaka sebesar 239.200 ton/tahun. Kondisi ini membuka peluang pengembangan usaha perikanan tangkapan melalui pengadaan sarana dan prasarana penangkapan.
2. Budi daya air payau
Pengembangan budidaya air payau terdiri beberapa komoditi seperti udang, ikan nila, dan kerapu. Ada sekitar 4.500 ha potensi budidaya air payau tersebar di beberapa kecamatan, yang dimanfaatkan sampai saat ini sekitar 892 ha. Produksi dari budidaya air payau hanya mencapai 1.132 ton, produktifitas budidaya udang masih rendah sebagai akibat dari permasalahan penyakit udang. Ini seharusnya menjadi perhatian untuk meningkatkan kemampuan dan permodalan dari masyarakat local dan diharapkan kepada para investor untuk menanamkan investasinya dalam rangka pemanfaatan potensi.
3. Budidaya laut
Sebagai daerah yang berhdapan langsung dengan selat Malaka ini merupakan sedikit kelemahan dalam budidaya laut. Dalam hal kondisi geografis yang demikian, budidaya di muara sungai dapat dikembangan.
4. Perikanan air tawar
Pengembangan perikanan budi daya air tawar selain meningkatkan kontibusi peningkatan produksi juga untuk memenuhi kebutuhan protein ikan, memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik, meningkatkan pendapatan dan juga membuka lapangan kerja. Permintaan lokal untuk ikan terus meningkat sebagai kepedulian dari masyarakat bahwa ikan merupakan hidangan yang sehat. Pengembangan perikanan air tawar ke depan akan dilaksanakan di sungai, sawah sebagai mina adi dan juga kolam. Spesies ikan yang dibudidayakan terdiri dari ikan mas, nila, lele dan bawal tawar dan juga ikan patin yang merupakan ikan introduksi baru. Untuk budidaya perikanan air tawar, petensi tersebar diseluruh daerah di Indonesia. Terdapat juga potensi perairan umum seluas dan waduk perairan umum juga potensial bagi pemeliharaan ikan dengan system kerambah dan lubuk larangan.
5. Indutrsi perikanan
Melihat dari tingginya potensi perikanan dan kelautan sergai, industri di sektor ini seharusnya berperan lebih nyata. Industri perikanan ini termasuk di dalamnya penyediaan fasilitas perikanan, pengembangan pengolahan dan pasca panen. Peluang kegiatan bisnis lain di bidang perikanan dan kelautan adalah industri es dan pendinginan.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan budidaya adalah ketersediaan benih ikan. Sampai sejauh ini pembenihan ikan dilakukan oleh petani ikan dan beberapa usaha pembenihan dlakukan oleh perusahaan. Sejalan dengan pengembangan budidaya perikanan di daerah ini, kebutuhan akan pembenihan ikan juga akan meningkat. Oleh sebab itu, pengembangan hatchery oleh petani dan pengusaha harus mendapat dukungan. Pengembangbiakan beberapa ikan air tawar bernilai ekonomis penting telah berhasil dilakukan oleh Balai Benih Ikan. Dengan adanya usaha tersebut, Balai tersebut dapat menjadi penyalur benih kepada petani ikan atau pengusaha.


6. Pengolahan ikan
Ikan asin dan kerupuk ikan mendapat prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan, terutama dalam skala peningkatan konsumsi ikan lokal. Industri ikan asin dan kerupuk dapat menjadi alternatif peningkatan pendapatan bagi penduduk pantai terutama bagi pemberdayaan perempuan di daerah pantai.selain permintaan akan ikan segar
7. Pemasaran ikan
Prospek pengembangan produk perikanan untuk pasar ekspor merupakan suatu peluang yang cukup besar.
Hal ini dapat terwujud bila ada investor besar yang mampu melihat peluang tersebut terlibat dalam industri perikanan ini. Namun demikian, investor yang lain juga mendapat sambutan. Pemerintah lokal mengundang investor lokal dan asing untuk berpartisipasi dalam pengembangan sektor perikanan dan kelautan
3 komoditas budidaya perairan.

1. Udang


Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan usaha budidaya udang sekitar 1,22 juta hektar hingga peluangnya cukup besar terlebih lagi Indonesia terbebas dari kebijakan anti dumping.
Udang sampai sekarang masih menjadi komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan, karena sampai tahun 2004 lalu saja, kontribusi udang terhadap ekspor hasil perikanan mencapai 125,6 ribu ton dengan nilai US$779,8 juta, atau Jumlah ini mencapai 52,9% dari total ekspor hasil perikanan Indonesia sebesar US$1.473 juta.
Budidaya udang tersebut telah memberikan kontribusi yang mencapai angka 87.97 ton atau senilai US$545,88 juta, untuk itu sektor budidaya tersebut harus ditumbuhkan di Indonesia.
Ditumbuhkannya budidaya udang di Indonesia tersebut, dapat memberikan kontribusi untuk peningkatkan devisa, pendapatan serta penciptaan lapangan kerja
Oleh karena itu, pemerintah sendiri akan melakukan upaya revitalisasi tambak secara intensif melalui udang vaname serta lahan tambah yang digunakan tujuh ribu hektar.
Revitalisasi tersebut juga dilakukan pada tambak-tambak tradisional, karena udang vaname dapat dikembangkan di lahan tambak seluas 140 ribu hektar atau 40% tambak tradisional di Indonesia dengan harapan produksi mencapai angka antara 600 kilogram sampai 1.500 kilogram/hektare per tahun.
"Untuk itu, maka kita perlu mengimpor induk udang vaname SPF kemudian
dilanjutkan dengan mendosmetikasikan udang vaname menjadi induk SPF dan SPR agar mengurangi ketergantungan dari impor







2. kuda laut

Kuda laut sebagai salah satu komoditi ikan hias dan bahan baku obat tradisional mempunyai pangsa pasar yang cukup tinggi, sehingga perlu upaya budidayanya terutama untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan menekan laju eksploitasi di alam. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan teknologi budidaya kuda laut mulai dari tingkat perbenihan sampai penangkaran di laut guna menjamin kesinambungan suplai juwana kuda laut dan sekaligus kelestariannya di alam.
Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Desember 2003, yang terdiri dari kegiatan perbenihan di laboratorium penangkaran dan rehabilitasi ekosistem laut Jurusan Ilmu Kelautan UNHAS dan kegiatan penangkaran di perairan Pulau Lantangpeo kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jumlah induk yang digunakan100 ekor, dipelihara dalam akuarium berukuran 80 x 60 x 60 cm dengan sistem resirkulasi, pakan berupa jembret segar sebanyak 5 – 10 % dengan frekuensi dua kali sehari. Juwana yang dihasilkan selanjutnya dipelihara dalam akuarium 30 x 40 x 35 cm dan diberi pakan berupa nauplii Artemia dengan kepadatan 2 ekor/ml dan frekuensi pemberian tiga kali sehari. Setelah dipelihara selama 1.5 bulan selanjutnya dipe;ihara dalam karamba apung di perairan Pulau Lantangpeo. Hasil penelitian menunjukkan persentase pemijahan sebesar 23.1 % dengan rata-rata persentase pemijahan sebesar 3.30 % per induk, jumlah induk yang memijah sebanyak 17 ekor dan menghasilkan juwana sebanyak 536 ekor. Sintasan juwana sampai minggu ke tujuh pada pemeliharaan di laboratorium sebesar 71 % dengan laju pertumbuhan panjang rata-rata 0,032 cm/hari. Sedangkan hasil penangkaran dalam karamba apung menunjukkan sintasan 12.5 % dengan laju pertumbuhan panjang harian 0,070 cm/hari dan pertumbuhan panjang mutlak 3.45 cm.











3. Rumput laut










.


Rumput laut telah dikenal sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu di Indonesia maupun di mancanegara. Pada umumnya rumput laut digunakan sebagai bahan makanan dan minuman, namun seiring dengan berkembangnya IPTEK dewasa ini rumput laut dapat di kembangkan dan manfaatkan dalam berbagai macam industri misalnya tekstil, kosmetik, dan industri kefarmasian.

Pemanfaatan Rumput Laut
Rumput laut dari jenis algae merah lebih banyak dibudidayakan dibandingkan rumput laut dari jenis algae hijau dan coklat. Untuk algae coklat baru Sargasum yang mendapatkan perhatian, itupun masih sebatas penelitian, sedangkan untuk usaha budidaya sampai saat ini belum dikembangkan. Algae coklat menghasilkan Alginat. Sementara itu rumput laut merah khususnya jenis Eucheuma menghasilkan polisakarida dalam bentuk Agar dan Karagenan. Kedua polisakarida ini banyak dimanfaatkan di berbagai bidang industri. Oleh karena itu mereka mempunyai nilai secara ekonomis cukup tinggi. Dan permintaan pasar dunia akan kedua polisakarida tersebut dari tahun ketahun mengalami peningkatan
. Secara umum ketiga hasil metabolit sekunder tiga jenis rumput laut di atas memiliki fungsi yang sama dalam dunia industri yaitu digunakan sebagai bahan pengental, pensuspensi, penstabil dan pengemulsi.



TUGAS pengantar budidaya PERIKANAN
ANALISA PERIKANAN







oleh:
satrio djajong
Kelas : B



FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
JOINT PROGRAM PPPPTK PERTANIAN CIANJUR DENGAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009